Kecepatan itu diperoleh bus tanpa mendapat bantuan mesin karena gigi berada pada posisi netral. Laju bus tanpa gigi persneling itu berlangsung sepanjang empat kilometer. Di jalan sepanjang empat km itu bus tertarik magnet. Setelah melewati empat kilometer, sopir bus harus memasukkan gigi persneling karena pengaruh magnet sudah melemah.
Daerah semacam ini bukan hanya ada di Madinah, tapi di China: (Liaoning, Shan Dong, Xi An), Taiwan, Utah, Uruguay, India (Ladakh) dan Korea. Dan tidak ketinggalan di Gunung Kelud, Gunung Semeru dan mungkin di Pager Gunung, Pekalongan, negara kita sendiri.
Jadi apa sebenarnya fakta ilmiahnya? Well, menurut fisikawan, dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Yup. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.
Fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara Bagian Pennsylvania mengatakan “Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan.” Pengukuran GPS yang dilakukan Weiss dan ilmuan lainnya menunjukkan kalau elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun.
Fenomena alam batu magnet, seperti di Arab Saudi ditemukan di Banyumas, Jawa Tengah. Batu magnet ini mampu menggerakan mobil berpenumpang, meskipun mesin mobil dalam keadaan mati.
Fenomena bukit magnet itu ditemukan di Desa Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang. Ratusan warga yang penasaran dengan fenomena medan magnet, mendatangi lokasi. Mereka membawa kendaraan untuk memastikan kebenaran dari bukit magnet itu. Sejumlah warga yang mencoba membuktikan fenomena itu, mendapat jawaban. Mobil dengan mesin mati bisa berjalan hingga radius 50 meter dengan kecepatan mencapai 10 kilometer per jam.
Untuk memastikan fenomena itu, tim ahli geologi Universitas Jenderal Sudirman mendatangi lokasi dan menyatakan ada perbedaan tinggi jalan antara dua hingga tiga derajad. Tim Metro TV yang mencoba menguji fenomena medan magnet dengan meletakkan kompas di jalan ternyata tidak menemukan kejanggalan dan jarum kompas tetap normal.
Daerah semacam ini bukan hanya ada di Madinah, tapi di China: (Liaoning, Shan Dong, Xi An), Taiwan, Utah, Uruguay, India (Ladakh) dan Korea. Dan tidak ketinggalan di Gunung Kelud, Gunung Semeru dan mungkin di Pager Gunung, Pekalongan, negara kita sendiri.
Jadi apa sebenarnya fakta ilmiahnya? Well, menurut fisikawan, dan dibenarkan oleh pengukuran GPS, efek ini semata hanyalah ilusi. Yup. Ilusi yang disebabkan oleh lansekap. Posisi pohon dan lereng di daerah sekitar, atau garis cakrawala yang melengkung, dapat menipu mata sehingga apa yang terlihat menaiki tanjakan sesungguhnya menuruni tanjakan.
Fisikawan Brock Weiss dari Universitas Negara Bagian Pennsylvania mengatakan “Kuncinya adalah lereng yang bentuknya sedemikian hingga memunculkan efek seolah anda menaiki tanjakan.” Pengukuran GPS yang dilakukan Weiss dan ilmuan lainnya menunjukkan kalau elevasi daerah dasar tanjakan, sesungguhnya lebih tinggi dari elevasi daerah puncak tanjakan. Jalannya sesungguhnya menurun.
Fenomena alam batu magnet, seperti di Arab Saudi ditemukan di Banyumas, Jawa Tengah. Batu magnet ini mampu menggerakan mobil berpenumpang, meskipun mesin mobil dalam keadaan mati.
Fenomena bukit magnet itu ditemukan di Desa Desa Limpakuwus, Kecamatan Sumbang. Ratusan warga yang penasaran dengan fenomena medan magnet, mendatangi lokasi. Mereka membawa kendaraan untuk memastikan kebenaran dari bukit magnet itu. Sejumlah warga yang mencoba membuktikan fenomena itu, mendapat jawaban. Mobil dengan mesin mati bisa berjalan hingga radius 50 meter dengan kecepatan mencapai 10 kilometer per jam.
Untuk memastikan fenomena itu, tim ahli geologi Universitas Jenderal Sudirman mendatangi lokasi dan menyatakan ada perbedaan tinggi jalan antara dua hingga tiga derajad. Tim Metro TV yang mencoba menguji fenomena medan magnet dengan meletakkan kompas di jalan ternyata tidak menemukan kejanggalan dan jarum kompas tetap normal.